Banyak yang mengartikan pacaran sebelum menikah itu adalah sebuah kewajiban agar kita lebih mengenal bagaimana calon pasangan kita.
Tapi nyatanya pacaran yang dikategorikan jaman sekarang tidak lain hanya memuaskan syahwat syaitan dan berujung kepada perbuatan yang dilarang agama ( zinah,)  dan banyak orang yang salah mengartikan ta'ruf dan pacaran ?

Sebenarnya didalam islam ada tidak istilah pacaran ? 

lalu ta'aruf itu seperti apa dalam ketentuan islam ?


Sangat banyak anak muda jaman sekarang yang salah dalam mengartikan ta'aruf  dan mereka berdalil ta'aruf itu perkenalanan sebelum menikah,lalu smsan, telponan, kemudian jalan berdua dsb.

Telah diterangkan dalam Al qu'ran tentang larangan untuk menjalin hubungan sebelum menikah(pacaran) 

1. Al-Ahzab ayat 53:

“Dan jika kalian (para shahabat) meminta suatu hajat (kebutuhan) kepada mereka (istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka mintalah dari balik hijab. Hal itu lebih bersih (suci) bagi kalbu kalian dan kalbu mereka."

2. Al-Isra`: 32

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.”

Jika kita suka terhadap seseorang dan serius dan ingin menikahinya maka dekatilah melalui sahabatnya/wali tanyakan bagaimana sifatnya,  dan jika ingin pacaran dengan nya datang kepada keluarganya dan utarakan niat untuk menikahinya setelah menikah silakan pacaran sebebasnya.
Karena pacaran setelah menikah akan bernilah ibadah.

Berikut kisah sedih wanita yang menikah didahului dengan Telepone.

Dengarlah kisah yang diungkapkannnya.

“Aku mengenalnya melalui percakapan telepon.
Kami selalu meluangkan waktu untuk menelpone jika mempunyai waktu luang dan waktuku hanya dihabiskan untuk berbicara dengannya, hubunganku dengannya berlangsung kurang lebih dari satu tahun.

Selama kami berhubungan dia selalu melontarkan kata-kata cinta penuh mesra, sehingga dia berhasil menguasai diriku dengan kata-kata manisnya. Pembicaraan-pembicaraan silih berganti.

Kejadian-kejadian yang terburu-buru, diselingi oleh foto diriku yang aku berikan kepadanya agar dia dapat melihatku sebelum menikahiku. tidak lebih dari itu, dan aku hanya keluar bersama -sama sebelum menikah hanya 10 menit saja.

Aku lupa bahwa Islam membolehkan melihat wanita yang dilamar dengan ketentuan-ketentuan dan adab-adab. Lalu diapun menikahiku, dan Malam pertama yang kami lewati hanyalah perbincangan yang menjemukan, sekedar hanya unutk membunuh waktu.

Aku tidak tahan memikulnya, seakan ada sebuah beban yang disembunyikan oleh nya,
akupun berdiri disampingnya tanpa bisa memahaminya.
Mengapa dia berpaling dan melengos?
Selama sepuluh hari aku hidup bersamanya dibawah bayang keputusasaan.

Lalu aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, sementara air mataku mendahului ucapanku. wahai suamiku Ada apa denganmu.?
Apa yang kamu pikirkan.?
Mana janji-janjimu dahulu akan membuatku bahagia? 
Kamu anggap apa diriku dalam hidupmu?

Setelah menarik nafas, dia mengangkat kepalanya seraya berucap, “Menikahimu adalah kesalahan terbesar, wanita yang mau keluar bersamaku pasti dia mau keluar bersama orang lain. Maaf aku tidak menginginkanmu sebagai pendamping hidupku dan ibu bagi anak-anakku”

Dia menceraikanku, dan untuk seterusnya aku harus memikul kepedihan sendiri,
musibah ini benar-benar membuatku terpukul.
Betapa berat beban deritaku ketika impian berubah menjadi malapetaka. Kebahagiaan berubah menjadi air mata.
Kebahagiaan dan cinta berubah menjadi mimpi di siang bolong. Inilah kisahku.
Gambaran yang menyedihkan, sekaligus pemandangan yang memilukan, Dia merampas impianku, bahkan menguburnya setelah air mataku yang hangat dan berharga habis bercucuran.

Saudariku para gadis, dirimu bukan untuk sembaran laki-laki. Engkau hanya untuk seorang laki-laki, yaitu suamimu.
Dia akan mencarimu seolah-olah engkau adalah mutiara tersembunyi yang sulit untuk diraih oleh seorang pemuda. Mutiara-mutiara berharga yang tersembunyi didasar lautan.
Dan barangsiapa ingin mengambilnya, maka dia mesti berhadapan dengan ombak. Sebuah ungkapan menyatakan, “Barangsiapa menginginkan permata, maka dia harus membayar mahal.”

Sumber (kisahislam.com)